AYAT TENTANG JUJUR DAN TAFSIRNYA


AYAT TENTANG JUJUR DAN TAFSIRNYA

1.       Allah mengatakan bahwa orang-orang munafik itu berdusta karena perkataan yang disampaikan tidak sesuai dengan keadaan hatinya.[1] Allah berfirman:
لَكَٰذِبُونَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِنَّ يَشْهَدُ وَٱللَّهُ لَرَسُولُهُۥ  إِنَّكَ يَعْلَمُ وَٱللَّهُ ۗ  ٱللَّهِ لَرَسُولُ إِنَّكَ نَشْهَدُ قَالُوا۟ ٱلْمُنَٰفِقُونَ جَآءَكَإِذَا
 Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(Q.S. al-munafiqun:1)

Ditafsirkan bahwa apabila orang munafik seperti Abdullah ibn Ubay dan teman-temannya menghadiri majelismu, hai Rasulullah, maka mereka berkata: “Kami sungguh-sungguh mengakui bahwa kau, Muhammad, adalah Rasul Allah yang benar dan kepadamu diturunkan wahyu dan Kitab.” Mereka mengikrarkan hal itu dengan ucapan mereka. Allah mengetahui bahwa engkau memang Rasul-Nya yang diutus kepada segenap manusia, membawa kabar gembira dan kabar menakuti untuk melepaskan mereka dari kesesatan. Dan sesungguhnya allah mengetahui sesungguhnya orang munafik itu benar-benar berkata dusta dalam segala apa yang mereka percakapkan. Mereka tidak mengakui dengan hati mereka terhadap apa yang mereka katakan dengan lisan mereka sendiri.[2]
2.       Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah : 119 :[3]
اللَّهُ رَضِيَۚ أَبَدًا فِيهَا خَالِدِينَالْأَنْهَارُ تَحْتِهَا مِنْ تَجْرِي جَنَّاتٌ لَهُمْ ۚ صِدْقُهُمْ الصَّادِقِينَ يَنْفَعُ يَوْمُ هَٰذَا اللَّهُ قَالَ
الْعَظِيمُ الْفَوْزُ ذَٰلِكَ ۚ عَنْهُ وَرَضُوا عَنْهُمْ
 “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar dengan kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai, mereka kekal di dalamnya, Allah rido kepada mereka pun rido pada-Nya, itulah kebahagiaan yang besar" (QS. al – Maidah: 119)
            Al-Maidah 116-120, pembicaraan dalan ayat-ayat ini adalah pernyataan Allah kepada Isa di hadapan kaumnya sebagai celaan dan teguran bagi mereka atas usul yang mereka ajukan, dan jawaban isa yang mrnunjukkan lepasnya tanggung jawab Isa dari dosa besar yang mereka lakukan sesudah dia wafat, yaitu mengenai trinitas. Kemudian, berita dari Allah mengenai apa yang dapat menyelamatkan manusia di hari kiamat, disertai penjelasan bahwa segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah dan dibawa kekuasaan-Nya.[4]
            Allah berfirman bahwa hari ini adalah hari yang berguna bagi oramg-orang yang benar kebenarannya di dalam beriman, memberi kesaksian, dan segala perkaataan serta berbuatannya. Di akhiran kelak, orang-orang yang benar akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai sebagai pahala dari sisi Allah SWT, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Inilah Inilah puncak kebahagiaan abadi.[5]
3.       Az- Zumar Ayat 33

ٱلْمُتَّقُونَ هُمُ لَٰٓئِكَوأُ ۙبِهِۦٓ وَصَدَّقَبِٱلصِّدْقِ  جَآءَ وَٱلَّذِى
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zumar: 33).
            Dan orang-orang yang membawa kebenaran, yaitu Rasulullah saw, dan membenarkannya, yaitu para pengikutnya yang mengikuti jejak dan menempuh jalannya, mereka adalah orang-orang yang bertakwa. Mereka mengesakan Allah dan bebas dari patung-patung dan berhala-berhala, serta menunaikan kefarduan yang diwajibkan Allah serta menghindari hal-hal yang dilarang-Nya karena mengharapkan pahala dari-Nya dan takut kepada hukuman-Nya.[6]
            Ayat di atas menjelaskan, kejujuran merupakan dasar ketakwaan dan dapat membawa kebagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian kejujuran adalah kunci kesuksesan seseorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai kholifatullah fil al-Ardi.[7]         



               [1]Nasirudin, “Akhlak Pendidik (Upaya Membentuk Kompetensi Spiritual Dan Sosial)”, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 3-4.
               [2]Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, “Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 5”, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2003), hlm. 4229-4231.
               [3]Markas, “Urgensi Sifat Jujur dalam Berbisnis”, Dalam Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des’, 2014, hlm. 167
               [4]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz VII, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1992), 99.
               [5]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi......., 107-108.
               [6] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXIV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1992),  3-4.
               [7] Markas, “Urgensi Sifat Jujur dalam Berbisnis”, ....., 167.

Comments

Popular posts from this blog

TUMBUHAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN SAINS

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN (Pengertian, Teori, dan Tipe Kepemimpinan)

Metode Pembelajaran Card Short dan Role Playing (Karakteristik, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan)